kawan serangga

Kembali kurasakan kerikil kecil menyertaiku melangkahkan waktu
sakitnya tak lagi kurasakan ketika darah mulai membasahi alas kakiku
Aku....hanya ingin tidak merasakan apa yang pernah tersirat ketika ku memejamkan mata
hanya tak ingin lagi mengingat semua bayangan pahit ketika waktu menyampiriku

Ketika matahari mulai tenggelam,kurasakan angin berhembus menghempaskan ragaku
kubersandar pada dahan yang rapuh,bahkan ketika ku bernapaspun kutau aku akan jatuh
ketika bulan tak lagi bisa membuatku tersenyum,ku berpaling dan hanya bisa menghitung titik-titik cahaya yang jauh menerpaku

sampai kapan ku hanya melipatkan kakiku dan menunggu
sampai kapan dahan ini kuat menahanku
sampai kapan napas ini akan terus ku tahan,

Atas sakit yang tak lagi kupikirkan,aku hanya menitipkan hati ini pada angin
agar ku dapat terus berlari dan meringankan beban dihati
agar kudapat pergi dari hadapan diri

masih sendiri menatapi langit sunyi
terhenyak akan suara serangga malam yang mencoba menghibur hati
semula kupikir nyanyian parau itu hanya untuk hiburan laraku
ternyata itu adalah suara tangisan mu yang kau suarakan untuk ku
tak perlu kawan,kau tak perlu harus ikut dalam kepedihan hatiku
tetaplah terus menari dan memberikan jiwamu kepada segenap malam ini
dengan iringan kepakan sayap kecilmu dan kau pun berlalu
meninggalkan daun yang kau singgahi

sambil terus menatapmu pergi,kumulai memberanikan diri untuk pergi dari sini
dengan tatapan yang awas kau memperhatikan langkah kecilku,
takkan kupatahkan dahanmu kawan bila hanya itu yang kau punya
terima kasih atas singgahan berartimu ini
walaupun aku terus menahan napasku ketika bersamamu
namun ku sempat memiliki apa yang tak pernah ku rasakan

ku berlalu pergi darimu ketika mentari mulai kembali terbit
dan ku berharap luka ini berlalu seiring dengan hangatnya sinar yang menerpaku