b1nt4ng

"Setiap langkahku yang terasa begitu manis adalah setiap kalimat yang kubaca darimu" (23 sept 2005 www.b1nt4ng.modblog.com)

Thursday, November 30, 2006

semua tentang biru...

Aku termangu.....
hatiku terasa beku
lidahku menjadi kelu
dan ketika diraihnya jemariku
jantung ini tak henti berderu

ini bukan semu
semua tentang biru...

Wednesday, November 22, 2006

Panggung teater usang,

Ketika cerita telah usai,

ketika mereka kembali berjalan

tampak kosong ruangan yang ditinggalkan

menanti waktu berganti tuk sesaki lagi tempat ini



ruangan ini terlalu besar untuk kau tinggalkan aku sendirian

berselimut debu dan peluh para wayang



kemana perginya suara gaduh petepuk tangan?

kemana perginya kulit kacang?

baumu tak tampak



tiraiku usang..lapuk dimakan waktu

hanya beberapa lipatan kain masih tergantung sebagai selimut diri

jejeran kayu merindukan hangat lekat tubuh pincang



Lantai kusam yang tak pernah pergi meninggalkanku

menanti tapakan dan deru dari debu yang melekat,



Akankah memori mereka merekam semua yang ada didalamku?

ataukah diri hanya menjadi perantara cerita belaka?!



Aku yang berkayuhkan sisa dari legenda usang

bersaing dengan suara mesin yang membuat cahaya menjadi asap

tetap berdiri namun tak satupun melihatku

tetap sendiri namun tak satupun menemaniku



Masaku telah usai ditelan waktu

kulitkupun telah berkeriput



melihat keatas menerawang

jauh kesaat jelaga lampu masih menyala

disaat kibaran tirai mengundang suara gaduh tepukan tangan

yang bisa menghantarkan perut kembali kenyang

jiwa abadi dari cerita yang dilontarkan

hidup dari hidup

nafas dari nafas yang diperankan

cukup membuat mahkotaku berkibar untuk sekarang

bisa dikenang



Baiklah kan kutunggu jam pasir itu terus bergulir

mungkin akan ku dapatkan kembali

jiwa yang lama kukenal

riuh petepuk tangan..

dan kulit kacang....



(Date: 2/8/06 at 9:11AM) www.b1nt4ng.modblog.com

Monday, November 20, 2006

telaga kembara

Membuka lembaran biru mencari ketenangan jiwa
kata kunci tuk dapatkan sesuatu yang tulus
jiwanya terbuai indah berada jauh diangkasa
menerangi sukma pelipur lara
Indah kata terburai....diuntai senja
memejamkan mata sang kembara
diri terlihat sunyi tanpa alunan cahaya
dirinya gamang ditelan cinta
dengan mata terpejam kau arahkan inderamu menuju gemintang
berharap kan dapatkan satu walaupun redup
mendekap bayangan ... mencumbui angkasa
"Andai terjamah kau gemintang,kan ku halau gelombang pasang,
kan ku tanamkan jangkar bidukku dan berjalan bersama diatas pelangi"
Pucuk-pucuk teratai telah tenggelam ...
seiring langkah sang kembara menyambut malam
dingin terasa sampai kepuncak
menjadikan kristal-kristal waktu yang siap tuk menancap
ternyata kelabu ................
tak kau temui gemintang disana menari menjentikkan cahayanya
dirimu muram terancam patah
"mengapa tak kau bawa serta diriku kesana...sambil mendekap bulan kita berjalan bersama"
......
Awan berlari terhembus angin ketika langkah terakhir sang kembara
menuju peraduan sunyi...gelap dan pekat.....
lambat laun langit mulai menampilkan perhiasannya
satu demi satu gemintang pun hadir
tanpa suara dan sinaran yang terang
menari sambil menjentikkan cahayanya berharap kan temukan sang kembara dalam sunyi
namun bumi menjadi kelabu
ketika akhir dari penantian sang kembara berada dalam telaga
......
dirinya karam ditelan waktu
mata hatinya pun telah lama mati
sekarang tak ada lagi sang kembara penanti gemintang
hanya tinggal siratan cahaya membekas diatas pusara telaga

puisi penghapus duka

Puisi penghapus duka,
kala itu barisan demi barisan berganti posisi
dari cerahnya warna biru maya kedalam aliran darahku
setelah terputusnya seutas benang tipis diantaranya kala itu

namun hati sangat mengenal siapa diri yang sedang berhayal ini
ingin membiarkan semua bahasa berubah menjadi derasnya sang waktu
namun otak dan pikiran tak dapat tertinggal
penat ku ingin mengetahui apakah guratanku di terima .
ataukah hanya bagian dari kebiasaan semua sampah yang teronggok di bawah

Setelah lama tersadar jiwaku terbangun
hanya dingin yang terasa disaat mentari tanggalkan cangkangnya
aku berteriak-teriak mencari jejak sang pujangga
dia hilang , terbang keangkasa dan bersemayam ditempat asalnya

Mentari berganti rembulan dan kemudian hanyut dalam lamunan
aku hanya terdiam dan membuka lagi guratan itu
tak terusikkah atau bergeming dirinya terhadap biasan cahaya ku ?
merelakan itu semua menjadi kelabu dan hilang ditelan sang waktu

siapa sebenarnya pujangga pembawa puisi penghapus duka ?
adakah dia sebentuk mahluk yang dapat ku gapai ?
ataukah hanya bayangan yang terlintas dan pergi meninggalkan gelap ?
baginya mungkin,namun tak ku biarkan senja berjalan pelan tanpa melewatiku...

Thursday, November 16, 2006

Kepakkan ku

Garuda,bukan diri yang akan terbang menuju langit tinggi yang gelap
namun sayap ini yang akan ku tanggalkan disana
agar dapat ku rengkuh dunia lewat sorotan mataku dari dan dimana ku bertengger
agar dapat terus ku menari dan menjentikkan cahayaku
mengibaskan ekorku dan membuat gemerlap lebih gemerlap

Terasa nuansa mu mengalir deras melewati bukitku
torehkan setiap lembaran kalbu...siratanmu membuai sukma
Tatkala senja menjelma dan tak kuhiraukan mentari
namun ku tak lagi dapat kau gapai dengan hangat sinaran
mataku mulai terpejam dan ku menjadi bagian dari hangatnya mentari

"AKU bukan buliran akhir jam pasir yang terjatuh....dan akupun tidak menanti sang waktu......
dan kelopak hatiku pun tidak akan merekah mewangi untuk dapat mengusir kegalauan hatimu...........
beranjaklah bila kau mau.....tinggalkan tapakmu untuk sekedar ku lihat bekasmu berada...." (b1nt4ng.modblog.com 03 des 2005)

Tuesday, November 14, 2006

Itu AKU !

Berjalan mengiringi langkah pendaki sunyi
mencoba menjadi bayangan abadi dan melangkah bersamaan
mengikuti setiap gerak hati dan gemulai hembusan setiap napas
menjadi bunyi dari setiap denyutan nadi sang kembara
itu aku....

kadang menundukan kepala melihat raga
dengan hati terpasung dan tak henti bertanya...akankah...akankah...
inginku menggantikan beban yang berada di pundaknya
menapaki karikil-kerikil yang bertebaran
itu aku...

berteriak dalam diam dan menangis dalam keheningan
adakah disana bisa diri ini menyempil dan bertahta
ketika keraguan didirinya menganga dan haus akan kata-kata yang ku ucap
akankah kata-kata ini bisa berubah menjadi hujan untuk tenangkan jiwanya
akankah itu aku ...

secuil kenyataan yang sebenarnya tak kusibakkan
ketakutanku akan hadirnya kan sirnakan sorot matanya yang tajam
ketakutanku akan berpaling nya wajah gagah yang menghiasi malam
namun apa yang hendak kusampaikan .. hanya mengubah arah kehidupan
itu aku ...

Dan ketika tekat ini telah membulat untuk menyibakkan semua kegelapan
kaupun hadir mendekap erat dan menghapus sederetan kalimat yang telah kurangkai
bagaimana bisa ku memberikan terang ketika terangmu selangkah diatasku !
ketertinggalan ini menusuk perih dalam hatiku
itu aku ...

Mengapa ketika itu tak ku berikan semua gemintang agar jalan ini benderang
agar bisa berpayung pada terang dan menari dengan ringan
ku kira lembaran ini hanya akan melewatiku seperti sekian lembaran yang telah meninggalkanku
dan sekarang tak sanggup lagi tuk berpaling dan mengemis untuk kesembuhan hati sebelum langkah terakhir sang kembara
itu aku ...

Itu aku....yang takut mendengar pamitmu dalam duniaku
itu aku....yang sekarang terbebankan perasaan gelap yang ku buat sendiri
Akankah ada celah dimana aku termaafkan dan kembali bisa membaca lembaranmu lagi ?
Ataukan telah lebur semua lembaran..hangus terbakar seiring langkah terakhirmu di sana ...
apakah ini masih tetap aku ...

Dalam sepi ku termangu menatap cermin yang retak,kusam dan berkarat
...hanya bayangku...semua hanya bayanganku....cermin yang sempurna dengan bayangan yang suram
haruskah ku pecahkan cermin itu dan berlari ? atau haruskah ku berganti wajah ?
Lalu ku bercermin dalam air....bayanganku pudar dan terbawa arus deras
akankah itu aku ...

Aku....hanya ingin menundukan kepada dihadapanmu dan memberikan ungkapan tulus..."maaf"
namun,sebagian diri ini belum bisa mendapati dirimu hilang dalam maya
tak bisa kuteruskan langkah,namun tak ingin tertinggal oleh waktu
akankah.....akankah.....
itu aku ...

Saturday, November 04, 2006

shadow on the sand

Langkahan kaki yang menyibakkan ombak sang biru
diri terengkuh kedalam pelukan alam semesta yang terbuka
cinta tak lagi terdengar ketika hati terkunci rapat dan gelapnya mata hanya melihat gemintang menari
kembali kusandarkan mata menatap kebawah dengan harapan kan dapat meraih bayangan

bagaikan menggapai bayangmu dalam genangan air yang selalu beriak
kutemukan hanya kakiku yang menjejakkan kaki dipasir putih tak berbatu
seandainya bias itu tak ku genggam dan kusimpan sampai siang nanti
akankah purnama kan gantikan hangatnya dengan mu ?

telah basah dan hanya berharap karang kan hangatkan tubuhku dalam peraduan
meringkuk bersama sendiri hati,melantang sinaran mentari
separuh terpejam ku hanya bisikan kata-kata yang sering kulantunkan lewat gitar usangmu
lambaian itu lagi yang terlintas dengan uraian rambutmu yang menjuntai

titikkan air mataku menjadi pasir diatas pantai ini
jeritan namamu telah menjadi angin yang berhembus kencang menjamah rambutku
kembaliku rasakan genggaman kosong yang dingin
dan hanya dapat melihat kebelakang sederat kasih yang pernah tersentuh

akankah pejaman mata ini dapat mengantarkanku menghadapmu ?
duhai laut tanpa riak gelombang ...akankah dinginmu sampai kesana ?
akankah titik pandanganku ini berakhir didepan jasadnya ?
Akankah tergapai hatinya sehingga mentari kembali membuat pelangi ?

Langit,tak tahukan kau betapa ingin jemari ini memeluknya
mungkin hanya bisa melihat gambaran rasa diwajahnya yang beku
dan tak lagi menggambar diatas pasir ini untuk setiap lekukan hatinya
dan membiarkan angin meniupkannya kembali hilang

Untuk kesekian kali merana,akankah kau berhenti menghujamku wahai hujan
dan biarkan raga ini yang menyiramkan embun kebumi menghilangkan dahaga
Menghapus garis retak di tanah yang kering
membuat kuncup kembali menanggalkan beku yang menyelimuti

Kini,dengan langkah sunyi menyendiri kusibak tirai usang dihati
dan merelakan waktu mengambil alih semuanya...
yang terpendam,biarlah menjadi pilar-pilar yang kokoh dalam diri
aku tetap menjadi bagian pantai ini dengan atau tanpa purnama menjadi payungku dimalam hari